Jumat, 01 Juni 2018

Kondisi yang Membuat Ibu Hamil Harus Membatalkan Puasa dan Tidak Berpuasa.

Kondisi yang Membuat Ibu Hamil Harus Membatalkan Puasa dan Tidak Berpuasa.

Banyak ibu hamil yang tetap memilih berpuasa di bulan Ramadan. Namun, dengan kondisi-kondisi berikut ini ibu hamil sebaiknya membatalkan puasa.

Kondisi yang Membuat Ibu Hamil Harus Membatalkan Puasa dan Tidak Berpuasa.

Puasa merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan setiap muslim bagi yang sudah aqil balik. Dalam kondisi tertentu, misal seperti ibu hamilpun meski mendapatkan keringanan dalam urusan berpuasa, pada kenyataannya banyak kita jumpai di masyarakat tetap yakin mampu melaksanakannya karena bukti ketaatan kepada sang Penggeggam Semesta.

Dikemukakan oleh Frizar Irmansyah, dokter spesialis kandungan dari Rumah Sakit Pusat Pertamina.
" Berdasarkan banyak hasil penelitian terhadap bayi dari para ibu Muslim, puasa tidak berdampak pada penurunan berat badan bayi yang baru lahir", tuturnya.

Namun berpuasa bagi ibu hamil jika tetap ingin melakukannya harus tetap mempertimbangkan kesehatan ibu serta janinnya. Jangan sampai karena ingin lakukan kewajiban puasa, nantinya malah membawa kerugian bagi ibu dan kandungannya.

Masih menurut dr Frizar ada kondisi-kondisi kesehatan tertentu yang membuat ibu hamil disarankan untuk membatalkan puasa.

Yang pertama adalah, jika berpuasa membuat pertumbuhan janin terganggu. Misalkan seperti ibu hamil pada trimester pertama, di bawah 14 minggu, sebaiknya tidak usah berpuasa dulu. Karena ada beberapa ibu hamil pada kehamilan awal, sedang dalam kondisi muntah-muntah. Bahkan karena mual muntah tersebut ibu sampai lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari.

Ada juga ibu hamil yang selama kehamilannya, tidak hanya trimester awal, yang terus mengalami mual-mual. Niat hari ini puasa karena merasa sehat, namun ternyata pada jam tertentu sebelum berbuka tiba-tiba mual muntah datang. Dalam kondisi seperti ini ibu hamil disarankan segera membatalkan puasanya.

Ketika berpuasa tubuh akan menyetop asupan makanan dan minuman untuk waktu tertentu, ditambah lagi terjadi mual muntah. Hal itu bisa mengakibatkan ibu kekurangan cairan atau dehidrasi.

Dehidrasi menurut American Pregnancy, ibu hamil yang alami dehidrasi dapat menyebabkan berkurangnya cairan ketuban, sehingga meningkatkan kemungkinan keguguran, hambatan pertumbuhan janin, atau persalinan dini.

Selanjutnya yang kedua adalah ibu hamil yang mempunyai tekanan darahnya tidak terkontrol. Sebab Ibu yang tekanan darahnya tidak terkontrol harus minum obat secara rutin, jadi sebaiknya tidak berpuasa. Ibu hamil yang mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi penting untuk mengatur obat untuk pengaturan naik turunnya tekanan darah.

Ibu hamil yang mengidap sakit jantung serta diabetus militus adalah penyebab berikutnya seorang ibu harus membatalkan puasa. Karena kedua penyakit tersebut juga mengharuskan ibu untuk minum obat secara rutin. Penyakit jantung pada ibu hamil jauh lebih berbahaya. Sebab, beban kerja seorang ibu hamil akan meningkat. Sedangkan untuk diabetus militus juga tak kalah berbahayanya jika tidak terkontrol dengan baik.

Pesan saya, silahkan ibu-ibu hamil tetap melaksanakan ibadah puasa ya. Dengan catatan tetap perhatikan kesehatan ibu serta janin yang ada di dalam kandungan.

Semoga bermanfaat 😉

Bidan Oveeta_29

tipssehat,trending,info,kesehatan,anak,balita,bayi,wanita,ibuhamil,usg,kesehatan, medis, penyakit, komunitas kesehatan, dokter, konsultasi kesehatan, informasi kesehatan, komunitas, diskusi kesehatan,kb,hpv,iva;

Rabu, 09 Mei 2018

PEMERIKSAAN USG bagi IBU HAMIL

PEMERIKSAAN USG bagi IBU HAMIL


PEMERIKSAAN USG bagi IBU HAMIL
" Bubid dari keluarga saya mempunyai keturunan hamil kembar, saya merasa khawatir kehamilan ini adalah hamil kembar."
" Bunda, hamil kembar bisa dideteksi lebih awal dengan menggunakan pemeriksaan USG. Bunda tidak perlu merasa khawatir, silahkan Bunda segera lakukan pemeriksaan tersebut. Sehingga bila memang hasilnya kembar, Bunda bisa melakukan ektra perawatan selama kehamilan. Berikut penjelasan tentang USG."
 USG kehamilan adalah
sebuah tes yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menggambarkan perkembangan janin dan juga organ reproduksi ibu hamil. Saat Bunda melakukan USG, perut Bunda akan dioleskan gel, dan kemudian dokter akan menggerakkan transduser di atas perut Bunda.
 Tujuan ibu hamil melakukan pemeriksaan USG
USG pertama kali bisa Bunda lakukan saat usia kehamilan mencapai 6-8 minggu, namun gambaran yang Bunda dapatkan mungkin belum jelas. Bunda mungkin akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas pada usia kehamilan 13 minggu.
Sesuai usia kehamilan, USG bisa Bunda manfaatkan untuk berbagai tujuan, untuk tujuan medis maupun tujuan nonmedis.
USG selama trimester pertama
Pemeriksaan USG selama trimester pertama kehamilan bisa Bunda lakukan untuk tujuan:
1. Memastikan bahwa Bunda benar sedang hamil
2. Memeriksa detak jantung janin
3. Menentukan usia kehamilan bayi dan memperkirakan kapan bayi akan lahir
4. Memeriksa apakah Bunda mempunyai kehamilan kembar
5. Memeriksa kondisi plasenta, rahim, ovarium, dan leher rahim (serviks)
6. Mendiagnosis kehamilan ektopik (ketika telur yang sudah dibuahi sperma tidak menempel di dinding rahim)
7. Mendiagnosis keguguran awal
8. Memantau apakah janin mengalami pertumbuhan yang abnormal
USG selama trimester kedua dan ketiga
Saat usia kehamilan sudah memasuki trimester kedua dan ketiga, Bunda bisa melakukan USG untuk tujuan yang lebih banyak, seperti:
1. Memantau pertumbuhan janin
2. Mengetahui posisi janin, apakah janin berada dalam posisi sungsang, melintang, kepala di bawah (cephalic), atau posisi normal. Termasuk memperkirakan kemungkinan panggul sempit (CPD)
3. Menentukan jenis kelamin bayi
4. Memastikan apakah Bunda mempunyai kehamilan kembar
5. Memeriksa plasenta apakah bermasalah, seperti plasenta previa dan abrupsio plasenta
6. Memeriksa apakah bayi Anda berpotensi mengalami Down syndrome (biasanya dilakukan pada usia kehamilan 13 dan 14 minggu)
7. Memeriksa apakah bayi berpotensi mengalami kelainan bawaan atau cacat lahir
8. Memeriksa apakah bayi dalam kandungan mengalami kelainan struktural atau masalah pada aliran darah
9. Memantau kondisi cairan ketuban
10. Memantau apakah bayi menerima cukup oksigen dan nutrisi
11. Mendiagnosis masalah pada ovarium atau rahim, seperti tumor
12. Mengukur panjang leher rahim
13. Mengetahui apakah Bunda membutuhkan tes lain, seperti amniosentesis
14. Memastikan bayi Anda sehat dan tidak mati dalam kandungan
Apakah USG saat hamil aman?
Ya, USG aman dilakukan saat kehamilan selama dilakukan dengan benar. USG tidak melibatkan radiasi, seperti sinar-X. Namun, sebaiknya lakukan USG hanya dengan dokter atau profesional kesehatan yang terjamin kualitasnya. Bahkan, banyak ahli menyarankan agar USG dilakukan hanya untuk alasan medis yang jelas, seperti untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi Bunda dalam kandungan.
USG tidak menimbulkan rasa sakit pada Bunda. Jika Bunda merasa tidak nyaman saat melakukan USG, sebaiknya bilang pada dokter Bunda. Dokter mungkin akan meminta Bunda untuk mengosongkan kandung kemih (buang air kecil) terlebih dahulu. Kandung kemih yang penuh biasanya akan membuat Bunda merasa tidak nyaman saat transduser (alat yang digunakan untuk USG) menekan perut Bunda.  
Saat Anda melakukan USG pertama kali di awal kehamilan Bunda, mungkin Bunda perlu untuk membuat kandung kemih Bunda penuh. Cairan menjadi media perambatan gelombang suara, sehingga kandung kemih yang penuh di saat menjalani USG di awal kehamilan dapat meningkatkan kualitas USG Bunda. Sedangkan, saat usia kehamilan Bunda sudah tua, Bunda tidak perlu untuk mengisi kandung kemih Bunda sebelum melakukan USG. Saat kehamilan Bunda sudah besar, cairan ketuban di sekeliling bayi Bunda sudah cukup membantu membuat gema (suara) untuk menghasilkan gambar saat Anda melakukan USG.
Macam-macam jenis USG saat hamil
Terdapat berbagai jenis USG yang bisa Bunda pilih untuk melihat gambaran bayi Bunda dalam kandungan, antara lain:
1. USG transvaginal
USG transvaginal bisa dilakukan pada awal masa kehamilan saat ukuran rahim Bunda masih kecil dan saat gambar yang jelas mungkin sulit untuk dihasilkan. USG jenis ini dapat menghasilkan gambar yang lebih jelas dibandingkan USG lainnya saat kandungan Bunda masih kecil. USG ini dilakukan dengan cara memasukkan probe USG ke dalam vagina. Oleh karena itu, USG ini mungkin membuat Bunda sedikit tidak nyaman saat dilakukan.
2. USG 3D
USG 3D memungkinkan dokter dan Bunda dapat melihat gambar janin dan organ-organ dalam tubuh Bunda yang lebih lebar, lebih tinggi, dan lebih dalam. Karena menghasilkan gambaran yang lebih jelas, USG ini sangat membantu untuk mendiagnosis masalah selama kehamilan.
3. USG 4D
USD 4D bisa menghasilkan video bergerak dari janin. Sehingga, melalui USG 4D, Bunda bisa melihat berbagai aktivitas janin dalam kandungan. USG 4D juga lebih bisa menghasilkan gambar wajah dan anggota tubuh janin lainnya yang lebih jelas. USG ini dilakukan sama seperti USG lainnya, tetapi dengan peralatan khusus.
4. Ekokardiografi
Ekokardiografi biasanya dilakukan jika dokter mencurigai bayi Bunda mungkin memiliki cacat jantung bawaan. Tes ini membutuhkan waktu lama untuk melakukannya. Tetapi, tes ini mampu menunjukkan gambar jantung janin Bunda lebih dalam, termasuk ukuran, bentuk, dan struktur jantung.
Prosedur Pemeriksaan dan Teknis USG
Pasien yang akan menjalani pemeriksaan USG biasanya akan diminta untuk berbaring telentang. Dokter kemudian akan mengoleskan gel khusus guna mencegah terjadinya gesekan antara kulit dan transducer. Gel tersebut juga berfungsi memudahkan pengiriman gelombang suara ke dalam tubuh.
Saat pemeriksaan USG, transducer akan digerak-gerakkan di bagian tubuh yang akan diperiksa. Gerakan ini diperlukan agar gelombang suara yang dikirim mampu memantul kembali dan memunculkan gambar yang baik.
Tiap gema yang memantul akan membentuk gambar berupa ukuran, bentuk, serta konsistensi dari jaringan lunak atau organ dalam tubuh. Pantulan gelombang itulah yang kemudian membentuk gambar di layar komputer. Setelah dievaluasi, dokter pemeriksa akan menjelaskan hasil pemeriksaan dan membuat laporan tentang hasil yang didapatkan dari pemeriksaan USG pada pasien.
Jika pasien ingin melakukan USG pada organ dalam tertentu, misalnya kandung empedu, maka pasien diminta untuk tidak makan dan minum selain air putih selama 6-8 jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Hal ini diperlukan agar kandung empedu tidak mengalami penyusutan ukuran.
Sementara itu, bagi ibu hamil yang berniat memeriksakan kondisi janinnya, dokter bisa menganjurkan untuk minum air minimal 4-6 gelas sekitar satu atau dua jam sebelum USG. Tujuannya agar kandung kemih terisi, sehingga membantu meningkatkan kualitas gambar.
Setelah mengetahui manfaat USG, yuk Bunda yang belum pernah melakukan pemeriksaan ini selama kehamilannya segeralah lakukan kunjungan ke Dokter Kandungan kepercayaan Bunda.
Semoga bermanfaat 
Bidan Oveeta_29
hpv,tipssehat,trending,info,kesehatan,anak,balita,wanita,ibuhamil,usg,kesehatan, medis, penyakit, komunitas kesehatan, dokter, konsultasi kesehatan, informasi kesehatan, komunitas, diskusi kesehatan,kb

Senin, 07 Mei 2018

Pentingkah suntikan TT bagi ibu hamil???

Pentingkah suntikan TT bagi ibu hamil???

Pentingkah suntikan TT bagi ibu hamil???
Tetanus adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh toksin dari bakteri yang disebut Clostridium tetani.
Bakteri Clostridium tetani penyebab tetanus ini, masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka. Bisa berupa luka akibat tusukan kecil atau goresan pada kulit, meskipun infeksi tetanus lebih berpotensi pada luka tusukan mendalam seperti gigitan, tusukan, luka potongan, luka terbakar atau ulkus.
Tetanus mempengaruhi sistem saraf seseorang dan dapat berakibat fatal jika tidak segera diobati. Hal ini dapat dicegah melalui imunisasi TT termasuk pada ibu hamil.
Berkenaan dengan suntik imuniasasi TT pada ibu hamil memiliki tujuan mencegah tetanus pada ibu dan bayi ketika proses persalinan, dimana terdapat luka baik pada rahim maupun pada tali pusat bayi. Hal ini terutama mencegah tetanus pada persalinan berisiko tinggi yaitu apabila persalinan dilakukan dengan alat-alat yang tidak steril.
Antibodi akan terbentuk dalam tubuh, setelah vaksinasi atau imunisasi TT diberikan, antibodi ini akan diteruskan kepada bayi dan melindunginya selama beberapa bulan setelah lahir.
Dosis
Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 intra unit.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
Kontra Indikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi penyuntikan dan bersifat sementara. Terkadang terjadi demam.
Jadwal Pemberian
Jadwal pemberian imunisasi TT pada WUS (wanita usia subur)
 TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
  TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan perlindungan selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
Cara Pemberian
1. Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi menjadi homogen.
2. Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya.
3. Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. 4. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat.
5. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada trimester pertama.
6. Di unit pelayanan statis: vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan: vaksin belum kadaluawarsa, vaksindisimpan dalam suhu 2 dan 8 derajat Celcius, tidak pernah terendam air, terjaga sterilitasnya, tidak beku, VVM masih dalam kondisi A atau B.
7. Di posyandu: vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi.
Begitu besarnya manfaat yang diperoleh dari imunisasi TT ini, untuk Bunda yang sedang hamil, jika belum mendapatkan segeralah datang ke Puskesmas, Bidan, Posyandu terdekat di wilayah Bunda.
Semoga bermanfaat 
Bidan Oveeta_29
Mediskus
Kebidanan
,Vaksin Tetanus, vaksinasi, Tetanus, luka tembak, luka gores, luka pada kulit, komplikasi luka, saat hamil, luka sobek, infeksi tetanus, gejala tetanus, luka gigitan, Kehamilan dan Kandungan,Kehamilantipssehat,trending,info,kesehatan,anak,balita,wanita,ibuhamil,usg,kesehatan, medis, penyakit, komunitas kesehatan, dokter, konsultasi kesehatan, informasi kesehatan, komunitas, diskusi kesehatan,kb,hpv

Senin, 16 April 2018

Ketuban Pecah Dini ( KPD)

Ketuban Pecah Dini ( KPD)



Ketuban Pecah Dini ( KPD)

Semalam ketika saya piket Puskesmas, ada ibu hamil datang untuk periksa. Pasien mengatakan sejak sore merasakan ada cairan yang keluar dari vagina. Celana dalam tiba-tiba basah. Setelah diganti selang beberapa menit celana dalam basah lagi. Dari keterangan pasien pula, dirinya tidak merasakan kapan cairan tersebut keluar. Pasien juga tidak merasakan mules pada perutnya. Karena cairan itu keluar terus menerus, akhirnya memutuskan untuk periksa ke Puskesmas.

Setelah melakukan anamnesa serta pemeriksaan fisik, ternyata saya dapati bahwa cairan yang keluar adalah cairan ketuban. Ketuban telah keluar selama kurang lebih 6 jam. Dan hasil pemeriksaan dalam, ternyata juga belum ada pembukaan. Konsul Dokter pun saya lakukan, advise dari beliau untuk segera merujuk pasien ke Rumah Sakit dengan diagnosa KPD.

Ketuban Pecah Dini ( KPD) yaitu

Keadaan dimana ketuban pecah lebih awal sebelum usia kehamilan 37 minggu, atau bisa terjadi diatas usia 37 minggu namun pecah sebelum pembukaan mulut rahim 4 cm, atau sebelum ada tanda-tanda persalinan. Normalnya, kantung ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II saat pembukaan lengkap pada proses persalinan.

Ciri atau tanda terjadinya KPD yaitu

1. Cairan ketuban keluar secara tiba-tiba dari liang vagina dalam jumlah sedikit maupun banyak, tak dapat ditahan atau dihentikan.
2. Cairan ketuban bisa warna putih agak keruh, mirip air kelapa muda karena bercampur dengan lanugo atau rambut halus pada janin dan mengandung verniks caseosa , yaitu lemak pada kulit bayi.
3. Umumnya, ketuban yang pecah tidak menimbulkan rasa sakit, pegal-pegal, mulas, dan sebagainya.

Penyebab KPD (keluar air Ketuban Pecah Dini) belum pasti, tapi sebagian besar berkaitan dengan infeksi (sampai 65%).
Misalnya, infeksi kuman, terutama infeksi bakteri, yang dapat menyebabkan selaput ketuban menjadi tipis, lemah dan mudah pecah.

Selain itu, beberapa faktor risiko Ketuban Pecah Dini adalah

1. Kehamilan kembar,
2. Ada riwayat persalinan kurang bulan sebelumnya,
3. Hubungan seksual yang kebersihannya tidak dijaga,
4. Perdarahan lewat jalan lahir,
5. pH (tingkat keasaman) vagina di atas 4,5,
6. Selaput ketuban tipis kurang dari 39 mm,
7. Kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi, misalnya pada ibu hamil yang stres, kebersihan yang kurang baik, misalnya keputihan dan infeksi vagina, jumlah cairan ketuban sangat banyak (hidroamnion), dan kelainan mulut rahim seperti inkompeten serviks.

Komplikasi KPD yaitu

Ketuban pecah dini bisa dianggap sebagai hal serius karena dapat mengakibatkan:

1. Bayi lahir prematur.
2. Meningkatnya risiko terjadinya retensio plasenta (sebagian atau semua plasenta tertinggal di dalam rahim).Akibatnya kondisi ini bisa terjadi perdarahan postpartum primer dan sekunder (kehilangan darah dalam waktu 24 jam hingga enam minggu setelah melahirkan).
3. Oligohidramnion (cairan ketuban terlalu sedikit) bila terjadi pada kehamilan usia muda. Kondisi ini akan memnyebabkan infeksi pada janin bahkan kematian janin.
4. Solusio plasenta (terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan terjadi).
6. Ketika ketuban pecah, kuman dapat bermigrasi ke dalam kantung ketuban hingga menyebabkan infeksi dalam rahim. Gejalanya termasuk suhu tubuh naik, keputihan yang tidak biasa, vagina berbau yang tidak enak, denyut nadi cepat, nyeri di perut bagian bawah, dan detak jantung bayi menjadi lebih cepat dari biasanya.
7. Ketika cairan ketuban hilang, tali pusat bisa terjepit di antara bayi dan dinding rahim. Akibatnya, bayi bisa mengalami cedera otak atau bahkan kematian.
8. Jika ketuban pecah sebelum kehamilan berusia 23 minggu, paru-paru bayi kemungkinan tidak akan berkembang dengan baik. Karena di awal kehamilan, cairan ketuban dibutuhkan bagi terbentuknya jaringan paru-paru.
9. Jika ketuban pecah di usia 18 dan 22-23 minggu masa kehamilan, jaringan paru-paru pada janin tidak akan pernah dapat terbentuk. Selain itu, anggota badan janin lainnya kemungkinan juga tidak berkembang secara normal.

Jika Bunda curiga atapun merasakan air ketuban pecah dini, segera pergi ke Bidan, Puskesmas, ataupun rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

Semoga bermanfaat 😉

Bidan Oveeta_29
Alodokter
Linkedin

tipssehat,trending,info,kesehatan,anak,balita,wanita,ibuhamil,usg,kesehatan, medis, penyakit, komunitas kesehatan, dokter, konsultasi kesehatan, informasi kesehatan, komunitas, diskusi kesehatan,kb,hpv,

Senin, 26 Maret 2018

HAMIL SEROTINUS, apakah berbahaya????

HAMIL SEROTINUS, apakah berbahaya????


HAMIL SEROTINUS, apakah berbahaya????
" Udah dibiarin aja, nanti kalau sudah saatnya keluar pasti perutnya mules-mules. Gak usah dipaksain. Bayi pinter kok, punya tanggal lahir sendiri".
Mungkin itulah salah satu tanggapan ketika mendengar kata dirangsang atau dipacu ketika hamil sudah melebihi bulan atau serotinus. Masih banyak anggapan yang beredar bahwa melahirkan adalah proses alami, jadi misal 9 bulan lebih pun belum lahir dianggap tidak apa-apa.
Kehamilan Serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti.
Menurut Fadlun (2011) seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm atau serotinus belum jelas. namun beberapa teori menyatakan kehamilan serotinus dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
1)Pengaruh Progesteron
Pengaruh hormon progesteron dalam kehamilan di percaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya KLB (Kehamilan Lebih Bulan) atau kehamilan serotinus adalah karena masih berlangsungya pengaruh progesteron.
2)Teori Oksitosin
Pemakaian untuk induksi persalinan pada KLB (Kehamilan Lebih Bulan) atau Kehamilan Serotinus member kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis. Wanita hamil yang kurang pelepasan oksitosin dari neurohipofisis pada kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab KLB atau kehamilan serotinus.
3)Teori kortisol atau ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) janin.
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “ pemberi tanda ” untuk dimulainya persalinan adalah janin. Hal ini diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. pada janin yang mengalami cacat bawaan seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
4)Syaraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masing tinggi, semua hal tersebut diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan Serotinus.
5)Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan serotinus atau KLB (Kehamilan Lebih Bulan), mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa kehamilan serotinnus atau KLB (Kehamilan Lebih Bulan) juga bisa di pengaruhi oleh beberapa hal antara lain :
a)Cacat bawaan (ex : Anencephalus).
b)Difisiensi sulfatase plasenta.
c)Pemakaian obat obatan yang berpengaruh pula sebagai tokolitik anti prostaglandin (ex : albutamol, progestin, asam mefenamat, dan sebagainya).
d)Tidak di ketahui penyebabnya.
e)Pada kasus insufisensi plasenta atau adrenal janin, hormon prokusor yaitu isoandrosteron sulfat diskresikan dalam cukup tinggi konversi menjadi estradiol dan secara langsung estriol didalam plasenta, contoh klinik mengenai defisiensi prekusor esterogen adalah anencephalus.
√ Manifestasi klinis dari kehamilan serotinus yaitu
1.Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara obyektif dengan kardiotokografi kurang dari 10 kali / 20 menit.
2.Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a)Stadium I : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b)Stadium II: Seperti stadium satu namun disertai dengan
pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.
c)Stadium III : Seperti stadium satu namun
disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat (Nugroho, 2012).
√ Patofisiologi dari kehamilan serotinus adalah
Mochtar (2010) menyatakan patofisiologi pada ibu hamil dengan indikasi serotinus adalah :
1.Penurunan hormon progesterone dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses persalinan dan meningkatkan sensitifitas uterus terhadap oksitosin, sehingga penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone.
2.Oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.
3.Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah janin masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
√ Komplikasi dari kehamilan serotinus yaitu
1.Perubahan pada plasenta
Menurut Fadlun (2011) Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan serotinus atau KLB (Kehamilan Lebih Bulan) dan meningkatnya risiko pada janin. Perubahan yang terjadi pada plasenta adalah sebagai berikut.
a)Pada kehamilan serotinus atau KLB (Kehamilan Lebih Bulan) terjadi peningkatan penimbunan kalsium, hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan progresivitas degenerasi plasenta, namun beberpa vili mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami klasifikasi.
b)Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang, keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transport dari plasenta.
c)Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid, fibrosis, thrombosis intervili, dan infark vili.
d)Perubahan biokimia, adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA (deoxyribonucleid Acid) dibawah normal, sedangkan konsentrasi RNA (Ribonucleid Acid) meningkat. Transport kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa menurun. pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin intauterin .
2.Pengaruh pada janin
Menurut Mochtar (2010), Pengaruh kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin sampai saat ini masih di perdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan serotinus menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa bahaya kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin terlalu dilebihkan.
√ Beberapa pengaruh kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin sebagai berikut.
a.Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan berat janin. Sesudah umur kehamilan 36 minggu, grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, sering kali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan.
b.Sindrom postmaturitas
Dapat dikenali pada neonatus melalui beberapa tanda seperti, gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak sub kutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, serta muka tampak menderita dan rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh neonatus dari kehamilan serotinus menunjukkan postmaturitas, tergantung dengan fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20% neonatus dengan tanda postmaturitas pada kehamilan serotinus.
c.Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum. Keadaan ini umumnya disebabkan karena hal-hal berikut :
1)Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan.
2)Insufisiensi plasenta dapat berakibat :
a)Pertumbuhan janin terhambat.
b)Oligohidramnion (terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium yang kental).
c)Hipoksia janin.
d)Aspirasi mekonium oleh janin.
3)Cacat bawaan, terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.
3.Pengaruh pada ibu
a.Morbiditas atau mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras sehingga menyebabkan terjadinya distosia persalinan, incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik, dan perdarahan postpartum.
b.Dari segi emosi, ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung melewati taksiran persalinan (Fadlun, 2011).
Setelah mengetahui semua hal yang berkaitan dengan kehamilan serotinus, jika bunda hamil dan ketika tanggal taksiran kelahiran belum ada tanda-tanda persalinan. Segera datang ke Bidan ataupun Dokter untuk memeriksakannya ya.
Semogo bermanfaat 
Bidan Oveeta_29
Midwefery

Selasa, 20 Maret 2018

Apakah mastitis itu

Apakah mastitis itu

Apakah mastitis itu ????

Setelah melahirkan tentunya sebagai seorang bunda kita akan menyusui. Persiapan yang matang, mulai dari perawatan payudara ketika hamil, pemenuhan gizi seimbang serta kesiapan psikologi sangat mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui. Memahami bagaimana cara menyusui yang benarpun merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan.

Tak jarang, karena belum mampu menyusui secara benar. Setelah melahirkan seorang ibu mengalami beberapa kendala. Alasan utama yang sering diungkapkan yaitu ASI keluar belum lancar. Sebab alasan itu, seorang ibu muncul rasa enggan menyusui, tidak telaten dalam memberikan ASI. Apalagi melihat bayinya menangis. Dan akhirnya, susu formula menjadi pilihan. Imbas dari itu, terjadilah Mastitis.

🍃 Apakah mastitis itu?

Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara bengkak, maka ini disebut stasis ASI. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.

🍃 Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:

1. Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC
2. Menggigil
3. Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
4. Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.
5. Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin
6. Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.

🍃 Patofisiologi(perjalanan penyakit) :

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.

🍃 Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:

1. Terdapat riwayat mastitis sebelumnya.
2.  Puting lecet. Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek. Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna
5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
6. Ibu atau bayi sakit.
7. Frenulum pendek.
8. Produksi ASI yang terlalu banyak.
9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada mobil.
11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.
12. Penggunaan krim pada puting.
13. Ibu stres atau kelelahan.
14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.

🍃 Pencegahan yang bisa dilakukan

Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor risiko di atas.

1.  Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 - 4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.

2. Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.

3. Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.

4. Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.

5. Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya karena Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di rumah sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air panas setelah digunakan.

🍃 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu diperlukan.  World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila:

1. Pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
2. Terjadi mastitis berulang
3. Mastitis terjadi di rumah sakit
4. Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.

🍃Tata laksana

Tata laksana suportif

Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut.

Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih tergantung pada kenyamanan ibu.

Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung.

🍃 Penggunaan obat-obatan

Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.

1. Analgesik

Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

2. Antibiotik

Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 - 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin.

Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 - 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.

Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk. memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri mempercepat perbaikan kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat antibiotik.

🍃 Pemantauan yang harus dilakukan yaitu

Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik cepat dan respon klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang adekuat termasuk antibiotik, harus dipertimbangkan diagnosis banding. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya abses atau massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau limfoma non Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada tempat yang sama juga menjadi alasan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya massa tumor, kista atau galaktokel.

🍃 Komplikasi yang bisa timbul dari mastitis adalah

- Penghentian menyusui dini

Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu memutuskan untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini.

- Abses

Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.

- Mastitis berulang/kronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

- Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.

🍃 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir. Diagnosis mastitis ditegakkan bila ditemukan gejala demam, menggigil, nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi kemerahan, tegang, panas dan bengkak. Beberapa faktor risiko utama timbulnya mastitis adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan bayi yang kurang baik. Melancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis. Selain itu ibu perlu beristirahat, banyak minum, mengkonsumsi nutrisi berimbang dan bila perlu mendapat analgesik dan antibiotik.

Semoga bermanfaat 😉

Bidan Oveeta_29
IDAI
Dokita

Selasa, 13 Maret 2018

KEKURANGAN ENERGI KRONIS pada IBU HAMIL

KEKURANGAN ENERGI KRONIS pada IBU HAMIL

KEKURANGAN ENERGI KRONIS pada IBU HAMIL


Pada umumnya, ketika hamil diawal trimester ibu mengalami mual muntah. Akibat yang bisa ditimbulkan dari mual muntah berlebih yaitu sulitnya berat badan bertambah. Tak jarang ada ibu hamil mengalami penurunan drastis berat badan akibat dari mual muntah yang berlebih.

Penurunan berat badan tersebut ditandai pula dengan menurunnya ukuran lingkar lengan atas(LILA) pada ibu hamil. Ada juga faktor penyakit yang dimiliki ibu sehingga ukuran lilanya kurang dari normal. Lila normal bagi ibu hamil 23,5 cm. Jika ukuran lila kurang dari itu, maka ibu hamil tersebut termasuk KEK.

Ada 4 refrensi pengertian Kurang energi Kronis (KEK):

- Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK).
-Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah kekurangan gizi pada ibu hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) (DepKes RI, 1999).
- Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK ( Arismas,2009).
- Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg.
b. Tinggi badan ibu < 145 cm.
c. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg.
d. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00
e. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (Weni, 2010).

🍪 Apa penyebab KEK pada ibu hamil?

KEK pada ibu hamil, disebakan oleh

- Ibu hamil dengan kekurangan asupan karbohidrat, protein, dan zat besi kemungkinan besar akan mengalami KEK.
- Ibu hamil menderita penyakit.
- Kondisi sistem imun ibu hamil menurun, sedangkan sistem metabolisme semakin meningkat juga akan menyebabkan ibu hamil menderita KEK.
- Kurangnya pendidikan atau informasi bagi ibu hamil
Ibu hamil seharusnya melengkapi pengetahuannya tentang berbagai informasi mengenai bermacam-macam sumber gizi dan manfaatnya bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Dengan begitu akan tumbuh kesadaran ibu hamil untuk menjaga dan merawat kehamilannya dengan memenuhi kebutuhan gizi tiap harinya.
- Jarak kehamilan yang terlalu dekat
Jarak kehamilan yang terlalu dekat merupakan faktor yang cukup signifikan sebagai penyebab KEK. Hal ini dikarenakan energi ibu hamil akan terkuras untuk merawat buah hatinya yang besar, sedangkan kondisi kehamilannya menyebabkan mudah letih sehingga mengalami KEK.
-Sosial ekonomi ibu hamil
Ibu hamil dengan latar belakang ekonomi rendah akan merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizinya karena ketidakmampuannya membeli berbagai bahan makanan sumber gizi. Karena itu, ada kecenderungan untuk tidak memperhatikan asupan gizi tersebut.
- Usia ibu hamil
Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun cenderung berisiko mengalami KEK. Hal ini dikarenakan ibu hamil dengan usia muda masih membutuhkan asupan gizi untuk pertumbuhan. Dengan begitu, ada persaingan dalam mendapatkan nutrisi antara ibu hamil dan janinnya.

🍪 Apa ciri-ciri atau tanda-tanda ibu hamil dengan gangguan KEK?

Ciri-ciri ibu hamil KEK adalah

1 . Badan terasa lemah, lemas, lesu, letih
2. Wajah pucat
3. Berat badan sulit bertambah
4. Ukuran lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
5. Anemia

🍪 Apa saja risiko KEK pada ibu hamil dan janinnya?

Resiko yang bisa terjadi pada ibu hamil KEK adalah

1. Bayi lahir dengan berat rendah (kurang dari 2500 kg)
2. Bayi lahir prematur (kurang dari usia kehamilan 37 minggu)
3. Keguguran janin
4. Proses persalinan yang sulit
5. Perdarahan post-partum pada ibu hamil
6. Operasi caesar
7. Bayi lahir mati
8. Bayi lahir dengan cacat bawaan

🍪 Bagaimana cara mengatasi KEK pada ibu hamil?

Cara mengatasi KEK yaitu

1. Mengonsumsi makanan yang mengandung kalori, seperti nasi, kentang, ubi, singkong, dll.
2. Mengonsumsi makanan yang mengandung protein, seperti telur, ikan, daging, kacang-kacangan, susu, dll.
3. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti sayuran hijau, protein hewani (daging, susu, telur) dan lengkapi dengan buah.

Untuk menghindari KEK,ibu hamil wajib memenuhi gizi seimbang yang sangat diperlukan oleh tubuh. Dengan gizi nomal, diharapkan bunda akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan, dan berar badannya normal.

Semoga bermanfaat 😉

Bidan Oveeta_29
Ibudananak
BNBN

Selasa, 06 Maret 2018

13 AKIBAT KOSMETIK BERBAHAYA bagi IBU HAMIL

13 AKIBAT KOSMETIK BERBAHAYA bagi IBU HAMIL


13 AKIBAT KOSMETIK BERBAHAYA bagi IBU HAMIL

Apakah saat ini Bunda sedang hamil?
Apa yang Bunda rasakan?
Saat hamil, bawaannya memang berbeda-beda setiap wanita. Ada ibu hamil yang tiba-tiba malas, ogah melakukan apapun. Pengennya tidur terus. Jangankan mandi, cuci mukapun berat dikerjakan. Berdandanpun tidak pernah dilakukan.
Namun meskipun demikian, banyak juga wanita yang ketika hamil malah semakin rajin. Pengennya bersih-bersih rumah, gemar memasak,dll. Secara penampilan, ingin selalu terlihat cantik. Gak mau kucel, kemanapun bawa parfum, sering banget ke salon, doyan berdandan pula. Untuk puaskan rasa cantik, semua kosmetik dibeli demi dapatkan penampilan yang menawan.
Ketika hamil, sah-sah saja jika ingin bersolek. Tetapi perlu diperhatikan, bijaklah dalam memilih kosmetik yang hendak Bunda gunakan. Jangan sampai produk yang digunakan sampai mengganggu kesehatan janin dalam rahim.
Meskipun pemakaian kosmetik berada di luar, tetap saja zat kimia yang ada di dalamnya dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan akhirnya masuk ke pori-pori. Bahan yang masuk tersebut bisa terserap ke dalam placenta sehingga mengganggu perkembangan dan pertumbuhan janin.
Lalu, apa saja bahaya yang bisa ditimbulkan jika tetap menggunakan kosmetik dengan bahan kimia berbahaya?
Bahaya yang bisa ditimbulkan diantara adalah
1. Cacat ketika lahir
Kandungan retinoid yang ada di dalam bahan kosmetik seperti obat jerawat bisa mengakibatkan bayi yang dimiliki ibu hamil mengalami kecacatan ketika dilahirkan. Kecacatan yang bisa terjadi diantaranya:
- jari dempet atau berdempetan
- memiliki jumlah jari yang kurang
- memiliki jumlah jari yang berlebih
- mata juling
2. Perkembangan janin terganggu
Kandungan retinoid dalam kosmetik juga mengganggu perkembangan janin. Perkembangan dan pertumbuhan janin tidak sesuai dengan umur kehamilan yang semestinya.
3. Keracunan janin
Aroma parfum yang terlalu menyengat juga berbahaya. Sebab bisa masuk ke dalam tubuh, saat masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan keracunan janin.
4. Kematian bayi
Bahan loga, merkuri dan hydroquinone dalam kosmetik bisa sampai menyebabkan kematian bayi. Baik itu mati di dalam kandungan, maupun bayi yang baru saja dilahirkan.
5. Kanker
Terlalu lama terpapar dengan bahan kosmetik yang berbahaya bisa timbulkan kanker. Kanker yang sering timbul yaitu kanker kulit.
6. Bibir sumbing
Menggunakan kosmetik yang berbahaya dapat menyebabkan bayi terkena bibir sumbing. Meski tidak semua bibir sumbing disebabkan karena kosmetik.
7. Mengganggu pertumbuhan sel syaraf
Bahaya kosmetik bagi ibu hamil bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan sel syaraf dalam otak janin. Sehingga dapat melahirkan bayi ideot.
8. Kelainan jantung
Zat kimia yang ada dalam kosmetik bisa menyebabkan gangguan oegan seperti kelainan jantung.
9. Kelainan paru-paru
Kandungan kosmetik berbahaya seperti BHA dan juga retinoid bisa menyebabkan kelainan paru-paru.
10. Alergi
Janin yang ada di dalam kandungan bisa terkena alergi akibat kosmetik berbahaya. Hal itu dikarenakan kulit janin masih sangat sensitif.
11. Gangguan reproduksi
Bahan kimia yang berbahaya bisa menyebabkan janin yang ada di dalam kandungan ibu. Yaitu terganggunya organ reproduksi si janin.
12. Keguguran
Keguguran bisa disebabkan karena bahan kimia yang berbahaya dari kandungan kosmetik.
13. Komplikasi kehamilan
Kandungan BHA yang ada di dalam produk kosmetik dapat menyebabkan kompikasi pada kehamilan, seperti pre eklamsia.
Itulah 13 bahaya yang bisa terjadi jika ibu hamil tetap menggunakan kosmetik dengan komposisi zat kimia berbahaya. Untuk itu berhati hatilah Bunda dalam penggunaan kosmetik ketika hamil.
Semoga bermanfaat ðŸ˜‰
Bidan Oveeta_29
BNBN