Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Bunda, ada yang sudah pernah mendengar tes IVA belum?
Atau mungkin Bunda sudah pernah melakukannya?
Atau mungkin Bunda sudah pernah melakukannya?
Tingginya kasus ca cerviks di Indonesia, kita sebagai wanita sudah seharusnya lebih berhati-hati. Dan salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mendeteksi hal tersebut dengan melakukan tes IVA.
IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925) dengan cara mengusap serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat 3%. Adanya tampilan ”bercak putih” setelah pulasan asam asetat kemungkinan diakibatkan lesi prakanker serviks.
Apakah IVA itu?
IVA ( Inspeksi Visual Asam asetat ) adalah pemeriksaan leher rahim ( serviks ) dengan cara melihat langsung ( dengan mata telanjang ) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3 sapai dengan 5%.
Tujuan pemeriksaan IVA adalah
Tujuan pemeriksaan IVA adalah
untuk mengetahui secara dini jika ada lesi pra kanker serviks, sehingga bisa segera dilakukan penatalaksanaan yang cepat dan tepat.
Dimana bisa mendapatkan pelayanan IVA?
Pemeriksaan IVA bisa dilakukan di Rumah sakit, Puskesmas, klinik bersalin, bidan praktik mandiri dan sarana kesehatan lainnya.
Beberapa langkah yang harus dilakukan saat tes IVA
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan pada proses IVA, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan pada pasien, pasien akan mendapatkan penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan pada proses IVA.
2. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
3. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, digunakan kapas steril basah untuk menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi bearti hasilnya negative.
2. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
3. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, digunakan kapas steril basah untuk menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi bearti hasilnya negative.
Kategori IVA
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
Biaya tes IVA
Tes IVA memerlukan biaya antara Rp. 25.000,00 - Rp. 50.000,00
Kelebihan tes IVA adalah
1. Murah
2. Mudah, praktis
3. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
4. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
5. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
6. Kinerja tes sama dengan tes lain
7. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai penatalaksanaannya
2. Mudah, praktis
3. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
4. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
5. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
6. Kinerja tes sama dengan tes lain
7. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai penatalaksanaannya
Syarat tes IVA adalah
1. Sudah melakukan hubungan seksual
2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Jadwal dilakukan IVA yaitu
JADWAL IVA
Program Skrining Oleh WHO :
Program Skrining Oleh WHO :
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
4. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
5. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
4. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
5. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
Semoga bermanfaat
Bidan Oveeta_29
Kompasiana
Tanyadokter
Kompasiana
Tanyadokter
tipssehat,trending,info,kesehatan,anak,balita,bayi,wanita,ibuhamil,usg,kesehatan, medis, penyakit, komunitas kesehatan, dokter, konsultasi kesehatan, informasi kesehatan, komunitas, diskusi kesehatan,kb,hpv,iva