Jumat, 13 April 2018

Bagaimana cara mencegah agar kepala bayi tidak peyang?

Bagaimana cara mencegah agar kepala bayi tidak peyang?



Bagaimana cara mencegah agar kepala bayi tidak peyang?

Sering kita jumpai kepala bayi peyang. Sudah mengatur posisi bayi sedemikian rupa, namun masih saja kepala si kecil peyang. Benarkah kita sudah maksimal dalam pengaturan posisinya?

Bayi- bayi yang lebih banyak terlentang di dalam buaian kita, kursi mobil, dan ayunan beresiko menderita Placiocefali atau " sindroma kepala peyang/datar ".

Penasehat Parents Ari Brown, MD dalam bukunya Baby 411, menuliskan langkah- langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah agar kepala bayi tidak peyang.

BACA


Ada 4 langkah yang bisa coba kita lakukan, yaitu

1. Memvariasikan posisi berbaring bayi kita di atas buaian, atau saat popok dan baju sedang digantikan, gerakkan kepala bayi bergantian arah.

2. Pada saat sedang menyusui, gunakanlah lengan kanan dan kiri secara bergantian untuk menyangga kepalanya.

3. Menengkurapkan bayi agar kepala bayi tidak terlalu lama tertekan. Dalam 8 minggu pertama, bayi harus ditidurkan tengkurap minimal 5 menit setiap harinya. Setelah melewati masa tersebut, sesinya ditambah menjadi 3 sesi perhari yang berdurasi masing- masing 5 menit.

4. Kalau bayi kita rewel saat ditengkurapkan, berbaringlah di dekat mereka. Tengkurapkan bayi diatas dada kita. Bisa sesekali kita mengangkat badannya tinggi- tinggi sambil bermain seperti posisi " pesawat terbang ".

Selamat mencoba, semoga bermanfaat πŸ˜‰


Bidan Oveeta_29

BACA

Minggu, 18 Februari 2018

DEMAM pasca IMUNISASI, BAGAIMANAKAH CARA MENGATASINYA?

DEMAM pasca IMUNISASI, BAGAIMANAKAH CARA MENGATASINYA?



DEMAM pasca IMUNISASI, BAGAIMANAKAH CARA MENGATASINYA?



Dalam buku Pengantar Ilmu Kesehatan Anak dan Kebidanan, karangan Aziz Alimul dijelaskan bahwa imunisasi merupakan salah satu cara agar bayi kebal dari berbagai penyakit, sehingga bayi dapat tumbuh dengan sehat.  Imunisasi dilakukan dengan memasukkan vaksin tertentu ke dalam tubuh bayi.  Vaksin merupakan bahan perangsang pembentuk zat anti yang dapat mencegah suatu penyakit, yang dimasukkan ke dalam tubuh si Kecil, baik dengan suntikan, seperti pada vaksin BCG, DPT, campak, maupun melalui mulut seperti pada vaksin polio.

Yup, benar sekali imunisasi merupakan tindakan pencegahan yang efektif untuk melawan beberapa penyakit. Imunisasi mempunyai beberapa efek samping, tapi dari beberapa efek samping tersebut, yang sering timbul adalah terjadinya demam. Karena efek samping itulah, ada beberapa Bunda yang merasa khawatir, bahkan ada yang merasa
 "kapok" karena anak jadi rewel setelahnya.

Berikut beberapa tips yang bisa Bunda lakukan saat si Kecil demam setelah imunisasi:

1. Meningkatkan asupan ASI untuk bayi

Saat bunda mendapati bayi terserang demam, langkah awal yang perlu bunda lakukan adalah memberikannya asupan cairan berupa ASI. Bunda harus tahu dan faham bahwa saat bayi demam, cairan tubuhnya akan keluarnya lebih banyak baik itu lewat keringat ataupun urine. Oleh sebab itu, bunda harus meningkatkan asupan ASI guna mencegah dehidrasi. ASI juga terbukti klinis mengandung nutrisi lengkap yang dapat membantu meningkat kekebalan tubuh bayi. Seperti asam lemak essensial berupa DHA (docosahexaneoic acid), AA (arachidonic acid), ALA (alfa linoleic). Selain itu ada juga beragam protein (yakni whey dan kasein), zat Ganfliosida (GA) serta Immunoglobulin A (IgA) yang berguna sebagai antibakteri dan melawan infeksi kuman.

2. Berikanlah pakaian yang tipis

Ketika bayi demam, sering ya kita temui beberapa bunda berikan selimut yang tebal untuk menyelimutinya. Sebaiknya bunda jangan memberikan pakaian yang terlalu tebal, apalagi sampai diselimuti bertumpuk-tumpuk.  Tindakan tersebut justru membuat panas tubuhnya tidak keluar. Sebaliknya jika bunda memberikan pakaian sejuk, keringatnya akan mudah keluar dan diserap. Anak juga tidak kegerahan. Tindakan ini dapat membantu menurunkan demam lebih cepat. Namun apabila bayi terlihat sangat rewel, barangkali ia merasakan meriang. Bunda bisa menyematkan selimut (tapi jangan yang berbahan terlalu tebal) di badannya agar bayi bisa merasa lebih nyaman.

3. Peluk dan berikan dekapan

Walaupun tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, namun banyak fakta yang membutikkan bahwa pelukan seorang ibu bisa membantu menyembuhkan sakit pada tubuh anaknya. Menurut catatan studi, sentuhan tangan ibu akan menyalurkan energi postif ke tubuh anak, sehingga produksi hormon endorfin pun juga akan meningkat. Hormon endorfin ini berperan untuk mengurangi stres, meningkatkan rasa bahagia dan juga perasaan nyaman. Dengan demikian, gejala-gejala sakit otomatis akan berkurang. Nah, saat bayi demam, bunda bisa mencoba menyentuh dahinya dan memberikan pelukan pada tubuhnya. Selain itu, hal yang bisa dilakukan, berusahalah memberikan ucapan motivasi kepada bayi, seperti “Kamu pasti akan sembuh nak, Insya Allah. Bunda disini kok!” .Dan tak lupa berikan doa-doa agar bayi bisa semakin tenang.

4. Kompres dengan air hangat

Air hangat bisa membantu memberikan efek rileksasi dan membuat pori-pori tubuh terbuka, sehingga panas pun bisa cepat keluar. Maka itu, sebaiknya saat bayi demam segera berikan pertolongan pertama dengan mengompres si bayi. Namun ingat, jangan gunakan air dingin! Sesuai anjuran medis, mengompres yang benar adalah menggunakan air hangat. Bunda bisa memberikan handuk kecil untuk mengompres bagian-bagian tubuhnya, seperti di dahi, ketiak, atau di telapak kakinya.

5. Kompres bekas suntikan dengan air dingin

Kenaikan suhu tubuh yang dialami bayi pasca imunasasi merupakan efek dari pemberian suntikan vaksin. Umumnya bila bekas suntikan membengkak, maka suhu tubuh akan semakin naik sehingga demam tak kunjung turun. Untuk itu, alternatif mudah untuk mengatasi hal ini adalah dengan memberikan kompresan air dingin di area kulit bekas suntikan. Tindakan tersebut tidak hanya berguna untuk mengatasi bengkak (inflamasi) tapi juga meredakan rasa nyeri. Bunda cukup mengompresnya sekitar 20-30 menit disetiap harinya.

6. Kompres dengan parutan kentang

Cara mengatasi bayi demam setelah imunisasi selanjutnya adalah dengan mengompres dengan parutan kentang. Cara ini umum dipraktekkan untuk anak-anak berusia balita. Kenapa Kentang ??? Karena kentang memiliki kandungan senyawa aktif yang bisa membantu menurunkan suhu tubuh. Untuk itu, bunda bisa memanfaatkannya sebagai bahan alami penurun panas. Cara penggunaannya sangat mudah, pertama sediakan dulu satu buah kentang. Cuci bersih hingga kotorannya hilang. Lalu kupas kulitnya, potong kecil-kecil dan haluskan dengan blender. Setelah itu, bunda bisa memasukkan parutan kentang tersebut ke dalam kaus kaki, kemudian mengenakannya pada telapak kaki buah hati bunda. Biasanya metode ini bisa menurunkan suhu tubuh hanya dalam kurun waktu beberapa jam saja.

7. Metakkan bayi di ruangan sejuk

Tips selanjutnya untuk mengatasi bayi demam setelah imunisasi yakni meletakkannya di ruangan yang sejuk. Usahakan ruangan tersebut tidak terlalu tertutup, celah ventilasinya juga cukup. Namun hindari dulu ruangan ber-AC atau adanya kipas angin. Kedua alat tersebut memang bisa menurunkan suhu ruangan, tapi efeknya bagi bayi justru tidak sehat. Sebagaimana dikemukakan dalam beberapa studi, bayi yang terlalu sering tidur dalam ruangan ber-AC atau ruangan dengan kipas angin, maka bayinya cenderung mengalami gangguan kesehatan. Misalnya saja, gangguan pada paru-paru (pneumonia), sesak nafas, batuk dan juga demam.

8. Berendam dengan air hangat

Selain mengompres dahinya dengan air hangat, bunda juga boleh memandikan bayi dengan air hangat guna mempercepat proses kesembuhan demam. Mandi dengan air hangat tidak dilarang untuk bayi. Justru tindakan ini akan membuat tubuh bayi menjadi lebih rileks dan nyaman. Menurut beberapa pakar medis pun juga telah mengatakan bahwa larangan mandi setelah imunisasi hanyalah mitos belaka. Bayi diperbolehkan mandi, asalkan menggunakan air hangat atau ruam-ruam kuku. Namun jika bunda tetap ragu, bunda cukup membasuh tubuhnya dengan handuk hangat, dan tidak perlu berendam. Cara tersebut juga bisa membantu menurunkan demam pada bayi.

9. Hindarkan bayi dari aktivitas berlebihan

Seiring bertambahnya usia, biasanya tingkat keaktifan bayi akan semakin meningkat. Hal ini tentu menjadi kemajuan yang positif bagi perkembangannya. Namun bila bayi sedang mengalami demam, sebaiknya batasi aktivitasnya. Jangan sampai bayi merasa kelelahan. Bunda juga jangan membawa bayi berpergian untuk sementara waktu. Biarkan ia beristirahat dengan begitu tubuhnya bisa lebih fit, dan proses penyembuhan demam pun bisa lebih lama.

10. Menambah waktu istirahat

Berkaitan dengan poin sebelumnya, saat bayi sakit sebaiknya batasi aktivitasnya dan tingkatkan waktu istirahatnya. Bunda bisa mengendongnya serambi memberikan ASI agar bayi cepat tertidur. Letakkan ia di ruangan yang nyaman dan pakaian yang tidak terlalu tebal sehingga bayi tidak rewel berlebihan. Perlu bunda ketahui bahwa memperbanyak berisitirahat bisa membantu rileksasi otot-otot tubuh serta mengoptimalkan kinerja sistem imun dalam melawan kuman, sehingga demam pun cepat turun. Sebaliknya jika anak terlalu banyak aktivitas maka suhu tubuh yang dikeluarkan cenderung tinggi sehingga demamnya akan sulit turun.

Catatan:

- ⚡Jika cara-cara diatas sudah bunda praktekkan namun belum bisa menurunkan suhu tubuh bayi, maka pilihan terakhir adalah membawanya berobat ke dokter. Umumnya tindakan ini dilakukan jika suhu tubuh bayi telah mencapai 38oC hingga 40oC. Nantinya dokter akan memberikan obat penurun panas (seperti paracetamol) yang aman bagi bayi dengan dosis yang tepat.

- ⚡Tanggaplah jika bayi menunjukkan reaksi  berlebihan terhadap pemberian imunisasi. Biasanya meraka akan mengalami gejala seperti muntah, sesak nafas, denyut jantung tak beraturan, muncul ruam kemerahan di kulitnya, pucat, rewel berlebihan, tidak nafsu makan, bahkan hingga hilangnya kesadaran. Kondisi ini sangat berbahaya dan jika sampai terjadi maka cepatlah membawa bayi ke rumah sakit atau dokter.

- ⚡Hal yang tidak kalah penting juga. Ketika bunda hendak melakukan imunisasi, perhatikan kondisi kesehatan si Kecil.  Sebaiknya hindari dulu melakukan imunisasi saat bayi sedang sakit, atau konsultasikan hal tersebut pada bidan atau dokter anak bunda terlebih dahulu.

Semoga bermanfaat πŸ˜‰

Bidan Oveeta_29
Hamil
Bidanku

Jumat, 16 Februari 2018

INFEKSI SALURAN KENCING (ISK) pada ANAK

INFEKSI SALURAN KENCING (ISK) pada ANAK



INFEKSI SALURAN KENCING (ISK) pada ANAK



Gangguan buang air kecil pada anak, yang lazim terjadi adalah infeksi saluran kencing/kemih (ISK).

 √ Gejala awal anak terserang ISK yaitu

1. Sering pipis tapi urine-nya sedikit
2. Anak tampak kesakitan atau rewel saat kencing
3. Warna urine yang keruh

Penyebab ISK antara lain adalah

1. Seringnya menahan kencing
2. Popok yang terlalu kotor dan jarang diganti
3. Pada anak laki-laki, fimosis meningkatkan risiko infeksi(Fimosis adalah kondisi dimana preputium/kulup pada penis yang terlalu sempit sehingga tidak bisa ditarik ke belakang).
4. Gangguan frekuensi juga cukup sering ditemukan, pada saat lahir bayi berkemih karena refleks.

√ Beberapa tips yang bisa dilakukan agar anak terhindar dari ISK antara lain:

1. Banyak Minum air Putih.

Pastikan anak tidak kurang minum air putih. Hal itu dapat menyebabkan bahaya untuk anak, karena kekurangan cairan akan menghambat pengeluaran air seni.

2. Mengganti popok lebih sering

Saat popok sudah penuh namun terlalu lama tidak diganti dapat meningkatkan jumlah bakteri bersarang di saluran kemih.

3. Jangan Menahan Kencing.

Mengajarkan pada anak untuk tidak menahan kencing, dan segera pergi ke kamar mandi jika terasa ingin kencing. Urin yang terjebak di kandung kemih terlalu lama akan menjadi sarang yang baik untuk bakteri penyebab ISK tumbuh.

4. Menjaga sanitasi organ genital.

Baik anak laki-laki maupun perempuan, biasakan untuk cebok dari arah depan ke belakang agar bakteri dari anus tidak terbawa ke organ genital.

5. Kateteritasi yang tepat.

Jika anak perlu dikateter, perlu penerapan kateter yang benar, bagaimana posisinya, cara pemasangan dan lamanya kateter terpasang agar tidak sampai melukai saluran kemih dan menyebabkan infeksi.

6. Menghindari penggunaan sabun pada kelamin.

Sabun dapat menyebabkan iritasi pada organ kelamin karena area tersebut lebih sensitif. Jika iritasi terjadi maka bakteri dan jamur akan lebih mudah menyerang dan menyebabkan infeksi saluran kemih.

7. Menggunakan pakaian dalam katun.

Baik anak laki-laki maupun perempuan sebaiknya diberikan pakaian dan pakaian dalam yang berbahan katun. Kain dengan bahan nilon akan memperbesar peluang bakteri untuk berkembang biak.

Saat anak sudah terlanjur mengalami infeksi saluran kemih, orang tua harus membawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Semoga bermanfaat πŸ˜‰

Bidan Oveeta_29
Dokteranak
Nakita

Sabtu, 10 Februari 2018

NORMALKAH KENCING ANAK KITA???

NORMALKAH KENCING ANAK KITA???






NORMALKAH KENCING ANAK KITA

Sebelum menilai normal atau tidaknya kencing anak kita, ada baiknya kita mengetahui dulu sistem perkemihan. Taukah Bunda, saluran kencing pada manusia terbentuk ketika usia kehamilan 7 minggu?

Ketika kita bicara masalah perkemihan, organ utama dalam sistem tersebut adalah ginjal. Fungsi ginjal adalah sebagai penyaring dari zat-zat sisa yang dihasilkan oleh metabolisme dalam tubuh. Fungsi penyaring ini pada saat lahir belum sempurna, namun berkembang terus sehingga fungsinya akan sama dengan ginjal dewasa pada saat anak berusia 2 tahun.

Di usia 2 tahun pula, si kecil sudah dapat merasakan keinginan untuk buang air kecil dan mulai kencing di toilet. Tetapi, pada umumnya kemampuan untuk tidak mengompol pada anak saat tidur, baru bisa didapat ketika anak berusia 3 tahun.

 πŸ’§ Hal-hal yang harus dilakukan untuk menilai kencing anak kita normal atau tidak yaitu

1. PANTAU LEWAT WARNA

Untuk mengetahui adanya gangguan berkemih, paling awal adalah dengan melihat warnanya.
Warna urine yang normal/sehat pada anak sama seperti pada orang dewasa, yaitu berwarna kekuningan jernih.

Tingkat warna kekuningan pada urine dipengaruhi jumlah cairan yang dikonsumsi. Ada pun derajat warna urine yang baik dapat dilihat dari urinee chart seperti berikut:

- Derajat warna urine dan jumlah urine menggambarkan kondisi hidrasi pada anak. Dapat pula menunjukkan adanya gangguan pada fungsi hati atau empedu, misalnya pada hepatitis.
a. Jika berwarna kuning pekat atau seperti warna teh, artinya tubuh kekurangan cairan.
Warna urine yang kuning cokelat bisa disebabkan kurang cairan pada anak.

b. Bila urine berwarna merah atau merah cokelat dapat berarti anak dalam kondisi dehidrasi berat atau  terdapat gangguan pada ginjal. Sedangkan warna merah pada urine dapat disebabkan oleh darah di urine.

Faktor makanan yang dikonsumsi juga dapat memberikan warna kemerahan pada urine, misalnya setelah anak mengonsumsi buah naga merah atau bit merah.

Kondisi ini tentu tidak perlu dikhawatirkan. Beberapa jenis obat juga dapat memberikan warna urine yang kemerahan atau oranye terang. Contoh, rifampicin pada pengobatan tuberculosis (TBC).

c. Jika warna urine putih seperti susu atau keruh, hal ini berarti terdapat infeksi pada saluran kemih anak.
Segera konsultasi dengan dokter dan lakukan pemeriksaan penunjang seperti urinealisa serta USG ginjal dan kandung kemih.

d. Kalau warna kebiruan pada urine dapat disebabkan oleh pewarna pada makanan, suplemen, konsumsi obat-obatan  seperti amitriptyline, indomethacin dan propofol.
Atau dapat disebabkan oleh suatu  kelainan bawaan yang sangat jarang, berupa hiperkalsemia yang diturunkan. Selain itu, warna biru kehijauan dapat disebabkan oleh adanya infeksi oleh bakteri pseudomonas.

2. PANTAU FREKUENSI DAN VOLUME

Sebenarnya Frekuensi berkemih bervariasi tergantung usia dan perkembangan kapasitas kandung kemih. Frekuensi berkemih berubah dari 5 sampai 2 kali per 4 jam saat anak tumbuh dari usia 3 bulan hingga ke 3 tahun.

√ √ Kapasitas kandung kemih pada anak dapat diperkirakan dengan rumus  (usia +2) x 30. Misalnya usia 5 tahun berarti kapasitas buli di kandung kemih: (5+2)x 30 = 210 cc.

√√ Ada juga hitungan yang lebih sederhana, yaitu 1-2 cc/kgBB/jam. Jadi kalau seorang anak beratnya 20 kg, maka per jam, urine yang keluar adalah 20-40 cc karena jumlah inilah yang menjadi kapasitas kantung kencing.

Setiap anak yang minumnya normal, biasanya akan kebelet pipis setiap jam sekali.

Bila frekuesi BAK kurang, berarti kantung kencing tidak penuh sehingga anak tidak kebelet pipit. Kemungkinan besar anak kurang minum. Bisa kita perhatikan, semakin anak kurang minum, warna urinennya pasti akan semakin pekat.

Sebaliknya, keadaan bisa berbalik. Frekuensi berkemih si kecil berlebihan. Frekuensi kencing yang berlebihan dapat disebabkan :

- konsumsi cairan yang banyak
- udara dingin
- kondisi psikologis sedang stres atau gugup (misalnya sedang mau ujian).

 Hal ini tidak menjadi masalah apabila kencingnya sering, namun jumlah urinenya banyak/normal setiap kencing.

Namun apabila frekuensi kencing sering, bahkan berlebihan, namun yang keluar hanya sedikit (istilah-nya “icrit-icrit”), bisa jadi ada infeksi di saluran kemih atau karena kandung kemih yang terlalu sensitif.

Jika bunda mengetahui tanda-tanda tersebut, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter. Jadi selain frekuensi, warna, maka volume urine si kecil pun harus Ibu pantau. Sekali lagi, apabila kencing sering dan keluarnya sedikit saja per episode kencingnya, maka ini berarti ada masalah.

Semoga bermanfaat πŸ˜‰

Bidan Oveeta_29
Alodokter
Nakita

Jumat, 09 Februari 2018

NORMLKAH BILA SI KECIL SERING PEGANG ALAT KELAMINNYA???

NORMLKAH BILA SI KECIL SERING PEGANG ALAT KELAMINNYA???

 

NORMLKAH BILA SI KECIL SERING PEGANG ALAT KELAMINNYA???

    Pernahkah bunda melihat si kecil memainkan alat kelaminnya?. Bahkan tidak hanya memegang, ada yang menempelkannya pada bantal, kemudian menggesek-gesekannya?

Rasa khawatir pasti muncul ya Bunda, ketika si kecil melakukan itu. Kebanyakan hal tersebut dilakukan oleh anak laki-laki memang. Pikiran seolah dihantui, apa yang sedang terjadi. Untuk usia yang tergolong sangat dini untuk merasakan sensasi kenikmatan. Mungkin bunda juga berfikir, apakah si kecil mempunyai kelainan sek.

Menurut Roslina Verauli M Psi, psikolog klinis anak dari RS Pondok Indah, Jakarta, hal yang dilakukan si kecil tersebut tidak selalu mengarah pada masturbasi atau upaya mencari kenikmatan dengan merangsang alat kelamin.
Beliau mengatakan ada 2 hal yang bisa menyebabkan anak sering memegang alat kelaminnya. Yang pertama bisa gatal karena kurang higienis atau bersih, yang kedua si kecil memang mengenal rasa nikmat dari alat kelaminnya.

Sigmund Freud dalam teorinya yang terkenal
 " PSIKOANALISIS" membagi 4 fase psikoseksual pada anak,yaitu:

1. Fase Oral, dari lahir anak sudah mulai mendapat kenikmatan lewat mulutnya entah itu melalui puting payudara ibu atau bahkan dari botol susu.

2. Fase Muskuler, ini terjadi pada umur 2 sampai 3 tahun, bunda perhatikan ketika anak-anak bunda dengan manja minta dipeluk atau ditimang-timang. Inilah fasenya bunda.

3. Fase Anal Uretral, Fase ini pada usia 3 atau 4 sampai dengan 5 tahun. Pusat kenikmatan anak terletak pada anus/dubur dan saluran kencing. Jadi sangat wajar jika apa yang dialami para batita yang suka mainkan alat kelaminnya pada usia tersebut. Dengan catatan tidak berlebihan dan tetap diperlukan pengawasan.

4. Fase Genital, ketika anak sudah diusia 6 tahun maka anak akan melepaskan Fase Anal dan mulai ingin tahu lebih banyak tentang kelaminnya. Nah sebaiknya pada usia inilah bunda mulai menjelaskan perbedaan kelamin pada anak dan sebutkan namanya tanpa mengganti dengan sebutan lain. Misalkan dulu sering berkata "jangan mainin little elephantnya nanti sakit," nah kalau sudah usia 6 tahun harus ganti strategi ya Bun...

√ Meski fase tersebut normal, ada beberapa hal yang harus bunda lakukan agar si kecil tidak melakukan hal tersebut secara terus menerus. Apalagi menjadi kebiasaan yang dibawanya sampai besar.

1. Menanyakan dengan Lembut. Mengapa dirinya suka memegang alat kelaminnya?

 Dengan menanyakan alasannya, orangtua bisa mengedukasi anak, apa yang dilakukannya itu tidak baik. Peluk dan beri perhatian. Ketika anak mendapat cukup perhatian dan berinteraksi mesra dengan orangtuanya, praktis ia akan teralihkan dari kebiasaan memegang alat kelaminnya. Kontak fisik yang menyiratkan kasih sayang orangtua lebih efektif dalam menasihati anak daripada dilakukan secara tegas.
2. Mengajak bermain. Mengalihkan perhatian anak dengan memberinya mainan kesukaan merupakan salah satu langkah efektif. Tentu saja orangtua perlu menemaninya bermain agar ia tak mengulang kebiasaannya.

√ Hal-hal yang harus dihindari ketika memperingatkan si kecil yang suka memegangi kelaminnya adalah

1. Jangan mempermalukan anak.

Mengejek atau memarahinya di depan orang lain agar anak malu melakukannya justru tak akan membuat anak menghentikan kebiasaannya. Bahkan, bisa membangun persepsi yang salah soal seks kepada anak.

 2. Menampik tangan anak.

 Tanpa penjelasan verbal atau hanya menampik tangan anak agar tak memegangi alat kelaminnya tak akan membuatnya mengerti letak kesalahannya.

3. Memarahi dengan emosi tinggi.

Ketika si kecil suka memegangi alat kelamin, kebanyakan orangtua malu dan ingin menunjukkan superioritasnya dengan memarahinya. Hal ini justru membuat pola komunikasi orangtua-anak menjadi rusak dan tak tertutup kemungkinan anak akan bermasturbasi sembunyi-sembunyi.


Setelah membaca penjelasan diatas, so, bunda jangan terlalu tergesa panik jika si kecil mainkan alat genitalnya ya. Karena kebiasaan itu akan hilang seiiring waktu, yang penting pastikan dalam pengawasan bunda. Bahwa yang dilakukan masih dalam batas kewajaran dan direntan usia tepat fase.

Semoga bermanfaat πŸ˜‰

Bidan Oveeta_29
Kompas,DokterSehat
Parenting

Rabu, 31 Januari 2018

7 MASALAH MAKAN pada ANAK dan SOLUSINYA

7 MASALAH MAKAN pada ANAK dan SOLUSINYA


7 MASALAH MAKAN pada ANAK dan SOLUSINYA :

Bunda, pernah gak mengalami masalah makan pada anak?. Saat kita menyuapinya, makanan itu hanya diemut aja, gak dikunyah-kunyah, sehingga perlu waktu lama hanya untuk menghabiskan satu mangkuk kecil sup misalnya. Tak jarang hal itu membuat kita jengkel, hilang kesabaran. Sehingga muncul rasa malas jika hendak menyuapinya lagi.
Berikut adalah beberapa masalah makan pada anak yang sering kita jumpai :

1. Makanan diemut
Ada beberapa penyebab kenapa makanan diemut oleh anak:
🍊 Anak sedang mengalami sariawan, sakit gigi atau mengalami radang tenggorokan.
🍊 Anak mengalami kelainan sensorik pada mulut
🍊 Sedang mengalami gangguan pencernaan
🍊 Makanan membosankan, baik dari segi rasa dan menu yang tidak bervariasi
🍊 Pada beberapa kasus, mengemut makanan timbul karena anak mencari rasa aman. Hal itu bisa disebabkan karena trauma akibat dipaksa makan dengan cara yang tidak baik.
Hal yang bisa kita lakukan :
🍊 Hadapi dengan sabar, jangan memaksa anak untuk mengunyah makanan, namun berikanlah pengertian pentingnya mengunyah makanan dan menelannya.
🍊 Berilah anak makan dalam suapan-suapan kecil
🍊 Sajikan menu bervariasi dengan tampilan semenarik mungkin
🍊 Hindarilah pemberian makanan dengan rasa dan bau menyengat yang dapat merangsang mual
🍊 Periksalah gigi, mulut dan tenggorokan anak. Untuk memastikan tidak ada masalah pada kesehatannya
🍊 Bika berlarut-larut dan berat badan semakin turun, segera bawa anak ke Bidan atau Dokter
2. Menolak makanan ( fussy eating)
Menurut Dr. Bradley C. Riemann dari Rogers Memorial Hospital, Milwaukee, AS, menolak makanan hampir dialami oleh 20 % anak balita. Hal ini disebabkan karena anak pernah mengalami kejadian trauma berkaitan dengan rasa (bau, tekstur dan penampilan makanan). Misalkan anak pernah tersedak makanan kenyal, diapun akan takut tersedak lagi jika kita berikan makanan kenyal berlulang. Penyebab lain bisa karena anak memang memiliki sensitivitas berlebih terhadap rasa dan aroma makanan.
Hal yang bisa kita lakukan:
🍊 Beri contoh kebiasaan makanan sehat
🍊 Ciptakan waktu makan tanpa gangguan,misal mematikan televisi
🍊 Berikan sebanyak mungkin variasi makanan sehingga anak akan punya wawasan luas tentang makanan yang baru
🍊 Memastikan anak dapatkan asupan zat gizi dan kalori harian yang cukup
🍊 Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
🍊 Hindari terlalu banyak minum manis, karena bisa turunkan nafsu makan
🍊 Sediakan makanan yang menggugah selera dengan tampilan yang menarik
🍊Sajikan ditempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh anak
3. Pemilih ( picky eater )
Kebiasaan anak yang hanya mau makan makanan itu-itu saja pada umumnya muncul pada usia 2 tahun, dan bisa menetap sampai 6 tahun. Hal tersebut bisa disebabkan karena
- anak sedang belajar mengunyah
- anak sedang sakit
- anak sedang mengembangkan selera makan
- menu yang kita sajikan tidak bervariasi dan tidak menarik
Hal yang bisa kita lakukan :
🍊 Kenalkan jenis makanan yang lebih bervariasi sesuai tahapan perkembangan anak
🍊 Tidak memaksa atau menghukum bila anak menolak atau menghabiskan makanan
🍊 Sajikan makanan lebih menarik misal dengan memakai peralatan makanan dan minuman yang berbentuk lucu, hiasi makanan semenarik mungkin
🍊 Manfaatkan waktu makan bersama untuk menjelaskan manfaat aneka jenis makanan bagi tubuh
🍊 Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
4. Celiac Disease
Kasus ini merupakan penyakit sistem pencernaan, yaitu penyakit genetik. Anak yang menderita celiac disease akan menunjukkan reaksi alergi terhadap makanan yang mengandung protein jenis gluten ( terdapat pada gandum, tepung terigu, jelai atau barley). Reaksi tubuh alergi ditandai dengan gejala diare, sakit perut, berat badan turun atau susah naik, serta hilang nafsu makan.
Hal yang bisa kita lakukan :
🍊 Bawa anak ke dokter ahli gizi untuk menentukan pola makan yang tepat
🍊 Hindari makanan/minuman mengandung gluten. Susun variasi menu bebas gluten dan sumber protein pengganti
🍊 Tingkatkan kreativitas dalam mengolah makanan sumber protein bebas gluten untuk memenuhi kebutuhan gizi dan selera makan
5. Susah berhenti makan
Hal ini bisa disebabkan karena
🍊 Pelampiasan masalah, misalnya anak bermasalah dengan teman, menghindari kewajiban, atau akibat selalu dituntut untuk menghabiskan makanan
🍊 Penyebab lain,yaitu pengganti kasih sayang orangtua yang terlalu sibuk. Bisa juga karena di meja makan selalu tersedia banyak makanan
Hal yang bisa kita lakukan :
🍊 Buatlah jadwal makan teratur : 3 kali makan lengkap dan 2 kali selingan (snack) per hari. Diluar itu untuk anak tidak boleh ngemil.
🍊 Jadilah model yang baik bagi anak dengan tidak membiasakan diri makan jajan atau kudapan
🍊 Beri makanan selingan sehat dan mengeyangkan misal potongan buah atau sate buah, sayur rebus dicelup saos keju/mayones.
🍊 Beri anak air putih, susu dan jus buah sebagai pengganti makanan yang kaya lemak
🍊 Alihkan perhatian pada makanan dengan bermain atau berjalan-jalan
6. Alergi makanan
Penyebabnya adalah
🍊 Sistem pencernaan belum matang. Pada sistem pencernaan yang matang, terdapat selaput di usus dan gerakan peristaltik usus yang berfungsi melindungi dan menghalangi alergen masuk tubuh. Pada sistem pencernaan belum matang, sistem pelindung itu belum berfungsi
🍊 Beberapa gangguan kesehatan sering dikaitkan dengan alergi, misalnya ashma, daya tahan tubuh menurun dan faktor psikologis
🍊 Alergi juga dipengaruhi faktor genetik
Hal yang bisa dilakukan :
🍊 Mencari faktor penyebab melalui tes alergj, misal tes kulit, segera konsultasi ke Dokter
🍊 Hindari makanan alergen atau pemicu alergi. Bila alergi disebabkan faktor keturunan, rujaklah pada jenis makanan yang dihindari orangtua
🍊 Ciptakan suasana makan menyenangkan. Riset membuktikan, hati gembira meningkatkan sistem kekebalan tubuh
7. Tidak pernah lapar
Penyebabnya yaitu
🍊 Masalah emosi, misalnya tengah mencari perhatian kita atau anak pernah mengalami situasi yang melukai perasaan pada jam makan
🍊 Meniru perilaku anggota keluarga yang sedang diet. Anak mengira orang itu tidak pernah makan
🍊 Penyebab lain bisa karena jadwal yang kurang baik yaitu makan berlama lama (lebih dari 30 menit) sehingga jarak waktu makan terlalu dekat
🍊 Anak terlalu banyak makan jajan, sehingga merasa tidak lapar
Hal yang bisa dikakukan :
🍊 Buat jadwal makan teratur yang memberi kesempatan perutnya kosong sehingga dia lapar
🍊 Jangam membiasakan anak makan lebih dari 30 menit. Hentikan kegiatan makqn meski anak belum selesai menghabiskan makanan. Beri kembali makanan pada jadwal makan berikutnya atau jadwal makanan selingan
🍊 Hindari makanan manis menjelang makan agar perutnya tidak kenyang
🍊 Ciptakan suasana makan yang nyaman dan santai
🍊 Temani anak makan sebagai wujud perhatian
🍊 Sajikan menu harian yang variatif dan menu favoritnya
🍊 Pastikan kebutuhan kalori dan zat gizi hariannya terpenuhi

BACA :
              TRIK MINUM OBAT UNTUK ANAK
            
              MASIH MENGOMPOLKAH ANAK KITA ?

               MUNTAH PADA ANAK

Semoga bermanfaat πŸ˜‰
Bidan Oveeta_29
Diet Untuk Anak-Araska Publishing

Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak- Graha Ilmu

Jumat, 26 Januari 2018

TRIK MINUM OBAT UNTUK ANAK

TRIK MINUM OBAT UNTUK ANAK


TRIK MINUM OBAT UNTUK ANAK

Obat identik dengan rasanya yang pahit. Tentu, ini tidak menyenangkan bagi anak - anak kita. Nah, agar kesulitan minum obat tidak terbawa sampai dewasa, diperlukan suatu seni.
Berikut ini trik- trik yang dapat kita coba saat si buah hati harus harus minum obat:
1. Sebaiknya jangan sekali- kali kita berbohong, seperti mengatakan bahwa rasa obatnya manis. Sampaikan dengan bijak, meskipun pahit, tetapi obat akan membantu penyembuhan sakitnya.
2. Meninggalkan cara- cara kuno, yaitu mencekoki atau menutup hidung anak saat memberikan obat. Pemaksaan bisa membuat obat masuk ke dalam paru- paru dan ini sangat berbahaya. Pada anak yang belum pandai menelan atau sekitar empat bulan ke bawah, lakukan dengan mekanisme isap agar tidak tersedak ( menggunakan pipet ).
3. Sebaiknya, masukkan obat dari samping, yaitu kantung pipi bagian dalam sebelah kanan atau kiri. Pilihan lain, dibawah lidah jika obat yang ditelan relatif sedikit.
4.Memberikan obat sedikit demi sedikit, kemudian selingi dengan minum air putih.
5. Jika kesulitan menggunakan sendok teh, manfaatkan sendok obat yang ukurannya lebih kecil, tetapi berbentuk lebih cekung. Jika masih menemukan kesulitan juga terlebih pada bayi usia empat bulan ke bawah, gunakan pipet plastik atau alat suntik tanpa jarum.
5. Memposisikan anak vertikal untuk memudahkan Anda memasukkan obat dan bayi tidak tersedak. Untuk bayi yang belum bisa duduk, posisikan sedikit tiduran dengan membentuk sudut kemiringan 45 derajat.
6. Membangun suasana yang menyenangkan sebelum memberikan obat. Ajak anak bermain, bernyayi, atau bercakap- cakap sebelumnya agar anak merasa tidak dipaksa.
Silahkan mencoba, dan semoga berhasil!πŸ˜‰

Bidan Oveeta_29
MASIH MENGOMPOLKAH ANAK KITA?

MASIH MENGOMPOLKAH ANAK KITA?


MASIH MENGOMPOLKAH ANAK KITA?

   lstilah mengompol dalam bahasa medis disebut Enuresis . Mengompol adalah keadaan dimana anak tidak bisa mengendalikan keinginan buang air kecilnya sehingga ia buang air kecil di tempat yang tidak tepat.

Kebanyakan anak- anak di bawah usia empat atau lima tahun tidak dapat menahan kencingnya di sepanjang malam. Sekitar sepuluh persen anak- anak di atas usia lima tahun masih mengompol. Anak- anak di semua umur kadang- kadang mengompol pada malam hari, terutama jika mereka sedang sakit atau jika mereka tidur karena kelelahan - suatu kondisi yang tidak dapat dikatakan sebagai mengompol sejati ( enuresis noktural).

Lima sampai sepuluh persen anak- anak yang suka mengompol menderita fisik, seperti infeksi atau kelainan bentuk saluran kencing, diabetes, atau kelainan syaraf. Jika seorang anak suka mengompol siang dan malam, biasanya mereka menderita penyakit fisik. Anak- anak mungkin menderita suatu penyakit jika mereka tetap mengompol meskipun sudah dilatih setahun atau lebih. Kemungkinan lain yang perlu dipertimbangkan pula adalah kelainan fungsional jika tidak ditemukan kelainan organ.
Dalam beberapa kasus, penyakit ini diturunkan dalam keluarga, dengan orang tua yang juga suka mengompol. Beberapa kasus disebabkan oleh pelatihan yang terlalu dipaksakan oleh orang tua.Kasus lainnya disebabkan oleh usaha orang tua untuk melatih anak agar tidak mengompol dengan membawa si anak keluar dan membangunkannya untuk buang air kecil pada malam hari dengan terburu- buru. Beberapa anak mempunyai masalah emosional. Meskipun demikian, penyebab banyak kasus mengompol tetap belum diketahui.

Diagnosa
Anak- anak yang terus- menerus mengopol setelah berusia lima tahun adalah penderita enuresis, meskipun hal ini masih dianggap normal pada sekitar sepuluh persen anak- anak.
Selanjutnya apa tindakan yang dapat kita lakukan?

1.Sebaiknya kita mencari tahu lebih dulu sebab si kecil suka mengompol. Ini disebabkan kita tidak
    membiasakan si kecil buang air kecil di tempatnya atau konsumsi cairan terlalu berlebihan.
2.Melakukan segala upaya agar anak tidak mengompol, seperti mengajaknya berkemih sebelum tidur
   atau selalu mengingatkannya untuk buang air kecil di toilet.
3.Jika anak masih terus mengompol, jangan menekannya. Sebaliknya, berikan pujian jika dalam satu
   hari si kecil berhasil tidak mengompol.
4.Jangan terlalu cepat melepaskan popok di malam hari hingga anak kita benar- benar sudah tidak
   mengompol lagi.
5.Jangan terlalu cerewet saat melatih anak ( ngomel dan menggerutu ).
6.Jangan membuat malu anak kita ketika mengingatkannya untuk tidak mengompol.
7.Jangan pernah melakukan tindakan dengan tidak memberikan minuman pada anak sejak sore
   hingga malam hari, akan dikatakan kejam dan merupakan hukuman yang tidak semestinya.
8. Buatlah suasana kamar mandi yang menyenangkan. Sebagian anak berusaha menahan keinginan
    buang air kecilnya karena tidak nyaman berada di toilet ( kotor, pesing).
9. Memberikan hadiah jika anak berhasil, dan berikan reaksi yang netral jika anak gagal. Hal itu
   akan memberikan hasil yang lebih baik, dan masalah kita akan terselesaikan dengan sendirinya
   sejalan dengan waktu.
10.Penggunaan alas karet akan sangat membantu hingga kebiasaan mengompol hilang.

 Perawatan dokter
Tindakan medis dapat dilakukan jika anak memang mengalami enuresis yang parah atau disebabkan adanya suatu penyakit atau kelainan saluran kemih. gangguan ini biasanya membutuhkan pemeriksaan secara mendetail, seperti pemeriksaan urin dan USG. Dengan demikian, dokter dapat mengetahui penyebabnya. Sebenarnya, ada pula obat- obatan yang dianjurkan untuk menangani enuresis. Namun, obat- obatan ini tidak diberikan sembarangan dan tidak boleh diberikan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk menangani enuresis pada anak, biasanya dokter lebih menyarankan untuk mengonsultasikannya lebih dulu kepada psikolog. Berdasarkan berbagai penelitian di luar negeri, gangguan enuresis pada anak lebih sering karena adanya tekanan akibat perkembangan psikososial yang dihadapi.
Semoga bermanfaatπŸ˜‰

Bidan Oveeta_29